Rabu, 05 September 2012

GERAK SEBAGAI PEMBUKTIAN EKSISTENSI ALLAH MENURUT JALAN PERTAMA DARI LIMA JALAN THOMAS AQUINAS




GERAK SEBAGAI PEMBUKTIAN EKSISTENSI ALLAH
MENURUT  JALAN PERTAMA DARI LIMA JALAN THOMAS AQUINAS


I.          Pengantar
            Banyak diskusi mengenai Allah dalam hidup umat manusia. Hal ini tiada pernah akan tuntas. Keterbatasan daya pikir manusia tiada dapat mengungkap realitas Allah secara penuh.  Dalam perjalanan sejarah banyak tokoh mencoba memahami realitas Allah, baik secara spiritual maupun rasional. Salah satu tokoh yang berusaha memahami Allah secara rasional ialah Thomas Aquinas.  
Perkembangan teologi Kristani pada zaman modern ini, tidak terlepas dari peran Thomas Aquinas, seorang teolog dan filsuf pada abad pertengahan. Pandangan-pandangannya filsafatnya hingga kini masih menarik untuk dibahas. Filsafatnya yang bersandar pada prinsip-prinsip Aristoteles, dikembangkan dan digunakan untuk menciptakan sebuah teologi. Meskipun demikian, ia tetap mengakui filsafat sebagi ilmu yang otonom. Pandangannya tentang eksistensi Allah terdapat dalam karyanya, Summa Teologiae, yang ingin memberi pengakuan akan kemampuan rasio manusia untuk mengenal Allah. Pandangannya itu coba dibuktikannya melalui Lima Jalan. Dalam pembahasan ini kita akan melihat jalan pertama dari lima jalan yang diutarakannya, yaitu argumentasi dari “gerak”               

II.        Sekilas Riwayat Hidup
Thomas Aquinas atau Thomas dari Aquino hidup pada tahun 1225-1274. Ia merupakan seorang filsuf dan teolog yang paling menonjol pada masa skolastik. Ia dilahirkan di Rocca Sissa, dekat Napels, Italia, dari keluarga bangsawan. Ia merupakan anak ketujuh dari pasangan Landolfo dan Theodora. Pada usia 18 atau 19, ia menggabungkan diri dengan Ordo Dominikan. Semula  ia belajar di Napels, tapi kemudian pindah ke Paris menjadi murid Albertus Agung dan juga di Koln.[1] Setelah menyelesaikan studinya (1252-1259), ia mengajar di Paris dan juga beberapa tempat di Italia. Pada tahun 1269-1272, dia menjabat sebagai guru besar teologi di universitasnya.
            Pada usia 49 tahun, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1274 ia meninggal.[2] Karyanya antara lain ialah Summa Contra Gentiles (ikhtisar melawan orang-orang kafir), yang merupakan uraian sistematis tentang teologi. Karyanya yang utama adalah Summa Teologiae (ikhtisar teologi). Meskipun belum selesai seluruhnya, karya ini termasuk karangan-karangan penting dari seluruh kesusastraan Kristiani.

III.                         Lima Jalan Thomas Aquinas tentang Eksistensi Allah
Perihal pengetahuan tentang Allah, Thomas Aquinas memaparkan lima bukti eksistensi Allah. Bukti-bukti itu biasa disebut juga Lima Jalan (The Five Ways, Quinque Viae). Kelima bukti ini merupakan argumen paling terkenal dari Thomas Aquinas. Bukti-bukti ini dipengaruhi juga oleh pandangan para filsuf yang mendahuluinya, seperti Plato, Aristoteles, Augustinus, Moses Maimonide dan Ibn Sina.[3]
Thomas Aquinas menggunakan argumen a posteriori[4] untuk membuktikan eksistensi Allah. Dengan demikian argumen-argumennya bertolak dari pengalaman konkret tentang dunia ini, yaitu melalui ciptaan-ciptaan-Nya. Kelima bukti tentang eksistensi Allah yang diutarakannya termasuk juga dalam argumen a posteriori dan sekaligus bersifat rasional.
Bukti-bukti akan adanya Allah ini bertolak dari lima realitas dunia. Kelima realitas itu, yaitu adanya gerak; adanya penyebab; adanya sesuatu yang dapat “ada” dan “tidak ada”; yang ada dari dunia ini mempunyai kesempurnaan tertentu, baik itu lebih maupun kurang; serta adanya keteraturan dan keterarahan alam.[5] Secara garis besar bukti-bukti itu dapat dibagi menjadi tiga: ketiga bukti pertama disebut bukti kosmologis, karena didasarkan pada kosmis; bukti keempat disebut bukti ontologis, karena bertolak dari yang ada; bukti kelima disebut juga bukti teleologi, karena berangkat dari keteraturan dalam alam dan tujuan keteraturan.

IV.       Pandangan Thomas Aquinas tentang Gerak  
Dalam kamus filsafat, Lorens Bagus membagi gerak menjadi dua, yaitu gerak umum dan khusus. Menurutnya, gerak umum adalah suatu perubahan, mencakup semua bentuk perubahan seperti perubahan dalam kualitas, kuantitas, posisi, bentuk, dan potensi. Gerak khusus atau gerakan merupakan perubahan lokasi spasial dari benda-benda yang berhubungan satu sama lain (proses perubahan tempat/posisi).
            Gerak merupakan Jalan Pertama mengenai eksistensi Allah yang dikemukakan oleh Thomas Aquinas. Jalan Pertama ini disebut juga ex motu[6] (from that which is moved to the mover).[7] Gerak dimengerti oleh paham Aristotelisme sebagai perubahan dari potensi ke kaktus. Dalam pergerakan itu tidak ada yang berubah, kecuali dalam posisi potensial. Jadi, pergerakan yang dimaksudkan adalah perubahan dari potensi ke aktus.

Suatu Gerak Digerakkan oleh yang Lain
            Kita dapat mengetahui bahwa bumi bergerak melalui pengalaman inderawi. Di atas bumi ini banyak sekali perubahan. Kita dapat menangkap perubahan itu sebagai sebuah  fakta. Thomas Aquinas berpandangan bahwa sesuatu tidak dapat berubah dari potensi ke kaktus, kecuali bila digerakkan atau dilakukan oleh sesuatu yang sudah berada dalam keadaan aktus.[8] Apa yang berada dalam keadaan aktual panas, tidak dapat sekaligus panas secara potensial, tetapi ia memiliki potensi untuk dingin.      
            Kita dapat merasakan bahwa banyak hal di bumi bergerak. Namun, sesuatu hal tidak mungkin sekaligus menjadi penggerak dan yang bergerak atau dengan kata lain bergerak sendiri. Setiap hal yang bergerak itu tentu ada penyebabnya. Segala sesuatu yang bergerak digerakkan oleh penggerak sebelumnya yang sudah menjadi aktus. Gerak sebelumnya juga digerakkan oleh penggerak sebelumnya lagi. Bisa dikatakan bahwa apa pun yang bergerak harus digerakkan oleh yang lain.[9]
Penggerak Pertama yang tiada Digerakkan
            Setiap gerakan di alam semesta ini memiliki sebab. Gerakan terjadi karena akibat dari gerak sebelumnya. Begitu juga seterusnya, bahwa ada penggerak sebelumnya yang menjadi sebab dari setiap gerakan. Akan tetapi, ini tidak dapat terus berjalan tanpa batas tak berhingga, karena dengan begitu tidak akan ada penggerak pertama, dan akibatnya, tidak ada penggerak lain.[10] Oleh karena itu, perlu untuk sampai pada sebuah penggerak pertama yang tak tergerak oleh gerakan lain. Setiap hal bergerak hanya karena mereka digerakkan oleh Penggerak Pertama. Gerakan inilah yang kita sebut Tuhan.
Setiap penggerak lain hanya memperkaya, tidak akan pernah cukup dan akan selalu tergantung pada Penggerak Pertama. Penggerak yang alasannya benar-benar dari dalam diri kemurahan-Nya, tanpa perlu adanya pengondisian. Ia adalah energi tertinggi yang tidak perlu mengganggu dirinya untuk menyumbangkan kesempurnaan. Ia adalah sebuah operasi yang tidak memiliki prinsip dan merupakan tindakan yang mutlak.[11]

V.        Penutup
            Eksistensi Allah sebagai sebuah misteri yang agung, tiada pernah tuntas seutuhnya dibicarakan dan dipertanyakan oleh manusia. Banyak filsuf sebelum Thomas Aquinas mengemukakan pandangannya mengenai eksistensi Allah. Pandangan-pandangan itu tetap diterima meskipun cenderung kurang ada keseimbangan antara peranan iman dan rasio manusia. Thomas Aquinas mencoba memberi bukti peranan rasio manusia dalam membuktikan eksistensi Allah. Pemikirannya itu dituangkannya dalam Lima Jalan, yang bertolak dari pengalaman konkret manusia.   
            Dia beranggapan bahwa bahwa eksistensi Allah dapat kita ketahui melalui ciptaan-ciptaan-Nya. Jalan Pertamanya yaitu argumentasi dari gerak. Dia berpendapat bahwa setiap gerak di bumi disebabkan oleh gerak yang lain. Gerak-menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka, haruslah ada penggerak pertama. Penggerak Pertama inilah yang kita kenal, yaitu Allah.



BIBLIOGRAFI


Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius,1983.

Bogliolo, Luigi. Rational Theology. Rome: Urbaniana University Press, 1985.

C.M, K. Priut, J. Adisubroto, dan W.J.S. Poerwadarminta,, Kamus Latin-Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 1969.

Baird, Forrest E. dan Walter Kaufmann. Philosophic Classics. 2nd Edition.Vol.II.Medieval Philosophy. New Jersey: Prentice Hall, Upper Sale Hall, 1997.

Heuken, A. Ensiklopedi Gereja. Jilid VIII. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005.

Suja`i. Pembuktian Eksistensi Allah atas Dasar Uraian tenteng Penyebab: Pembahasan Jalan Kedua dari Lima Jalan Thomas Aquinas. Sinaksak: STFT St. Yohanes, 2004 (skripsi).




[1] Dr. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius,1983), hlm. 35; bdk. juga A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja, Jilid VIII (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005), hlm.227; bdk.juga Forrest E. Baird
dan Walter Kaufmann, Philosophic Classics, 2nd Edition,Vol.II, Medieval Philosophy (New Jersey: Prentice Hall, Upper Sale Hall, 1997), hlm. 321.

[2] Thomas Aquinas meninggal dalam perjalanan ke Konsili Ekumenis di Lyon dan dimakamkan di Katedral Toulouse (Perancis). Oleh Gereja Katolik dinyatakan kudus pada tahun 1323, dan sebagai Pujangga Gereja (Doktor Angelicus) tahun 1567. [Lihat A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja ..., hlm.227.]

3 Suja`i, Pembuktian Eksistensi Allah atas Dasar Uraian tenteng Penyebab: Pembahasan Jalan kedua dari Lima Jalan Thomas Aquinas (Sinaksak: STFT St. Yohanes, 2004), hlm. 25.

4 A  posteriori berasal dari kata “a” yang berarti dari, dan “posteriori” yang berarti kemudian. [Lihat Drs. . K. Priut C.M, Drs. J. Adisubroto, dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Latin-Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1969), hlm.1 dan 659.]

[5] Suja`i, Pembuktian Eksistensi ..., hlm.2.

[6] Ex motu berasal dari kata “ex” yang berarti dari, menurut dan “moto, moveo, motus” yang berarti bergerak, menggerakkan, penggerak. [Lihat Drs. K. Priut C.M, Drs. J. Adisubroto, dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Latin-Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1969), hlm. 297 dan 548.]

[7] Luigi Bogliolo, Rational Theology (Rome: Urbaniana University Press, 1985), hlm. 32.

[8] Luigi Bogliolo, Rational ..., hlm. 33; bdk. juga Forrest E. Baird dan Walter Kaufmann, Philosophic Classics ..., hlm. 338.

[9] Luigi Bogliolo, Rational ..., hlm. 33; bdk.juga Forrest E. Baird dan Walter Kaufmann, Philosophic Classics ..., hlm. 338.

[10] Luigi Bogliolo, Rational ..., hlm. 33; bdk.juga Forrest E. Baird dan Walter Kaufmann, Philosophic Classics ..., hlm. 338.

[11] Luigi Bogliolo, Rational ..., hlm. 37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar