GERAK SEBAGAI PEMBUKTIAN EKSISTENSI ALLAH
MENURUT JALAN PERTAMA
DARI LIMA JALAN THOMAS AQUINAS
I. Pengantar
Banyak diskusi mengenai Allah dalam
hidup umat manusia. Hal ini tiada pernah akan tuntas. Keterbatasan daya pikir
manusia tiada dapat mengungkap realitas Allah secara penuh. Dalam perjalanan sejarah banyak tokoh mencoba
memahami realitas Allah, baik secara spiritual maupun rasional. Salah satu
tokoh yang berusaha memahami Allah secara rasional ialah Thomas Aquinas.
Perkembangan teologi Kristani pada zaman modern ini, tidak
terlepas dari peran Thomas Aquinas, seorang teolog dan filsuf pada abad
pertengahan. Pandangan-pandangannya filsafatnya hingga kini masih menarik untuk
dibahas. Filsafatnya yang bersandar pada prinsip-prinsip Aristoteles,
dikembangkan dan digunakan untuk menciptakan sebuah teologi. Meskipun demikian,
ia tetap mengakui filsafat sebagi ilmu yang otonom. Pandangannya tentang
eksistensi Allah terdapat dalam karyanya,
Summa Teologiae, yang ingin memberi pengakuan akan kemampuan rasio manusia
untuk mengenal Allah. Pandangannya itu coba dibuktikannya melalui Lima Jalan.
Dalam pembahasan ini kita akan melihat jalan pertama dari lima jalan yang
diutarakannya, yaitu argumentasi dari “gerak”
II. Sekilas Riwayat Hidup
Thomas Aquinas atau Thomas dari Aquino hidup pada tahun
1225-1274. Ia merupakan seorang filsuf dan teolog yang paling menonjol pada
masa skolastik. Ia dilahirkan di Rocca Sissa, dekat Napels, Italia, dari
keluarga bangsawan. Ia merupakan anak ketujuh dari pasangan Landolfo dan
Theodora. Pada usia 18 atau 19, ia menggabungkan diri dengan Ordo Dominikan.
Semula ia belajar di Napels, tapi
kemudian pindah ke Paris menjadi murid Albertus Agung dan juga di Koln.[1]
Setelah menyelesaikan studinya (1252-1259), ia mengajar di Paris dan juga
beberapa tempat di Italia. Pada tahun 1269-1272, dia menjabat sebagai guru besar
teologi di universitasnya.
Pada usia 49 tahun, tepatnya pada
tanggal 7 Maret 1274 ia meninggal.[2]
Karyanya antara lain ialah Summa Contra
Gentiles (ikhtisar melawan orang-orang kafir), yang merupakan uraian
sistematis tentang teologi. Karyanya yang utama adalah Summa Teologiae (ikhtisar teologi). Meskipun belum selesai
seluruhnya, karya ini termasuk karangan-karangan penting dari seluruh
kesusastraan Kristiani.
III.
Lima Jalan Thomas Aquinas tentang Eksistensi Allah
Perihal pengetahuan tentang Allah, Thomas Aquinas
memaparkan lima bukti eksistensi Allah. Bukti-bukti itu biasa disebut juga Lima
Jalan (The Five Ways, Quinque Viae).
Kelima bukti ini merupakan argumen paling terkenal dari Thomas Aquinas.
Bukti-bukti ini dipengaruhi juga oleh pandangan para filsuf yang mendahuluinya,
seperti Plato, Aristoteles, Augustinus, Moses Maimonide dan Ibn Sina.[3]
Thomas Aquinas menggunakan argumen a posteriori[4]
untuk membuktikan eksistensi Allah. Dengan demikian argumen-argumennya bertolak
dari pengalaman konkret tentang dunia ini, yaitu melalui ciptaan-ciptaan-Nya.
Kelima bukti tentang eksistensi Allah yang diutarakannya termasuk juga dalam
argumen a posteriori dan sekaligus bersifat rasional.
Bukti-bukti akan adanya Allah ini bertolak dari lima
realitas dunia. Kelima realitas itu, yaitu adanya gerak; adanya penyebab;
adanya sesuatu yang dapat “ada” dan “tidak ada”; yang ada dari dunia ini
mempunyai kesempurnaan tertentu, baik itu lebih maupun kurang; serta adanya
keteraturan dan keterarahan alam.[5]
Secara garis besar bukti-bukti itu dapat dibagi menjadi tiga: ketiga bukti
pertama disebut bukti kosmologis, karena didasarkan pada kosmis; bukti keempat
disebut bukti ontologis, karena bertolak dari yang ada; bukti kelima disebut
juga bukti teleologi, karena berangkat dari keteraturan dalam alam dan tujuan
keteraturan.
IV. Pandangan Thomas Aquinas tentang Gerak
Dalam kamus filsafat, Lorens Bagus membagi gerak menjadi
dua, yaitu gerak umum dan khusus. Menurutnya, gerak umum adalah suatu
perubahan, mencakup semua bentuk perubahan seperti perubahan dalam kualitas,
kuantitas, posisi, bentuk, dan potensi. Gerak khusus atau gerakan merupakan
perubahan lokasi spasial dari benda-benda yang berhubungan satu sama lain
(proses perubahan tempat/posisi).
Gerak merupakan Jalan Pertama
mengenai eksistensi Allah yang dikemukakan oleh Thomas Aquinas. Jalan Pertama
ini disebut juga ex motu[6]
(from that which is moved to the mover).[7]
Gerak dimengerti oleh paham Aristotelisme sebagai perubahan dari potensi ke
kaktus. Dalam pergerakan itu tidak ada yang berubah, kecuali dalam posisi
potensial. Jadi, pergerakan yang dimaksudkan adalah perubahan dari potensi ke
aktus.
Suatu Gerak Digerakkan oleh
yang Lain
Kita dapat mengetahui bahwa bumi
bergerak melalui pengalaman inderawi. Di atas bumi ini banyak sekali perubahan.
Kita dapat menangkap perubahan itu sebagai sebuah fakta. Thomas Aquinas berpandangan bahwa
sesuatu tidak dapat berubah dari potensi ke kaktus, kecuali bila digerakkan
atau dilakukan oleh sesuatu yang sudah berada dalam keadaan aktus.[8]
Apa yang berada dalam keadaan aktual panas, tidak dapat sekaligus panas secara
potensial, tetapi ia memiliki potensi untuk dingin.
Kita dapat merasakan bahwa banyak
hal di bumi bergerak. Namun, sesuatu hal tidak mungkin sekaligus menjadi
penggerak dan yang bergerak atau dengan kata lain bergerak sendiri. Setiap hal
yang bergerak itu tentu ada penyebabnya. Segala sesuatu yang bergerak
digerakkan oleh penggerak sebelumnya yang sudah menjadi aktus. Gerak sebelumnya
juga digerakkan oleh penggerak sebelumnya lagi. Bisa dikatakan bahwa apa pun yang
bergerak harus digerakkan oleh yang lain.[9]
Penggerak Pertama yang tiada
Digerakkan
Setiap gerakan di alam semesta ini
memiliki sebab. Gerakan terjadi karena akibat dari gerak sebelumnya. Begitu
juga seterusnya, bahwa ada penggerak sebelumnya yang menjadi sebab dari setiap
gerakan. Akan tetapi, ini tidak dapat terus berjalan tanpa batas tak berhingga, karena dengan begitu
tidak akan ada penggerak
pertama, dan akibatnya,
tidak ada penggerak lain.[10]
Oleh karena itu, perlu untuk sampai pada sebuah penggerak
pertama yang tak tergerak oleh gerakan lain. Setiap hal bergerak hanya karena
mereka digerakkan oleh Penggerak Pertama. Gerakan inilah yang kita sebut Tuhan.
Setiap penggerak lain hanya memperkaya,
tidak akan pernah cukup dan akan selalu tergantung pada Penggerak Pertama. Penggerak
yang alasannya benar-benar dari dalam diri kemurahan-Nya, tanpa perlu adanya
pengondisian. Ia adalah energi tertinggi yang
tidak perlu mengganggu dirinya untuk menyumbangkan kesempurnaan. Ia adalah
sebuah operasi yang tidak memiliki prinsip dan merupakan tindakan yang mutlak.[11]
V. Penutup
Eksistensi Allah sebagai sebuah
misteri yang agung, tiada pernah tuntas seutuhnya dibicarakan dan dipertanyakan
oleh manusia. Banyak filsuf sebelum Thomas Aquinas mengemukakan pandangannya
mengenai eksistensi Allah. Pandangan-pandangan itu tetap diterima meskipun
cenderung kurang ada keseimbangan antara peranan iman dan rasio manusia. Thomas
Aquinas mencoba memberi bukti peranan rasio manusia dalam membuktikan eksistensi
Allah. Pemikirannya itu dituangkannya dalam Lima Jalan, yang bertolak dari
pengalaman konkret manusia.
Dia beranggapan bahwa bahwa
eksistensi Allah dapat kita ketahui melalui ciptaan-ciptaan-Nya. Jalan
Pertamanya yaitu argumentasi dari gerak. Dia berpendapat bahwa setiap gerak di
bumi disebabkan oleh gerak yang lain. Gerak-menggerakkan ini tidak dapat
berjalan tanpa batas. Maka, haruslah ada penggerak pertama. Penggerak Pertama
inilah yang kita kenal, yaitu Allah.
BIBLIOGRAFI
Bagus,
Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Bertens,
K. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius,1983.
Bogliolo,
Luigi. Rational Theology. Rome:
Urbaniana University Press, 1985.
C.M, K. Priut, J. Adisubroto, dan W.J.S.
Poerwadarminta,, Kamus Latin-Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius, 1969.
Baird, Forrest
E. dan Walter Kaufmann. Philosophic
Classics. 2nd Edition.Vol.II.Medieval Philosophy. New Jersey: Prentice
Hall, Upper Sale Hall, 1997.
Heuken,
A. Ensiklopedi Gereja. Jilid VIII. Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005.
Suja`i. Pembuktian
Eksistensi Allah atas Dasar Uraian tenteng Penyebab: Pembahasan Jalan Kedua
dari Lima Jalan Thomas Aquinas. Sinaksak: STFT St. Yohanes, 2004 (skripsi).
[1] Dr. K. Bertens, Ringkasan
Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius,1983), hlm. 35; bdk. juga A. Heuken
SJ, Ensiklopedi Gereja, Jilid VIII
(Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005), hlm.227; bdk.juga Forrest E. Baird
dan Walter Kaufmann, Philosophic Classics, 2nd Edition,Vol.II,
Medieval Philosophy (New Jersey: Prentice Hall, Upper Sale Hall, 1997),
hlm. 321.
[2] Thomas Aquinas meninggal dalam perjalanan ke Konsili Ekumenis di Lyon
dan dimakamkan di Katedral Toulouse (Perancis). Oleh Gereja Katolik dinyatakan
kudus pada tahun 1323, dan sebagai Pujangga Gereja (Doktor Angelicus) tahun
1567. [Lihat A. Heuken SJ, Ensiklopedi
Gereja ..., hlm.227.]
3 Suja`i, Pembuktian Eksistensi Allah atas Dasar
Uraian tenteng Penyebab: Pembahasan Jalan kedua dari Lima Jalan Thomas Aquinas (Sinaksak:
STFT St. Yohanes, 2004), hlm. 25.
4 A
posteriori berasal dari kata “a” yang berarti dari, dan “posteriori”
yang berarti kemudian. [Lihat Drs. . K. Priut C.M, Drs. J. Adisubroto, dan
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Latin-Indonesia
(Yogyakarta: Kanisius, 1969), hlm.1
dan 659.]
[5] Suja`i, Pembuktian Eksistensi
..., hlm.2.
[6] Ex motu berasal dari kata
“ex” yang berarti dari, menurut dan “moto, moveo, motus” yang berarti bergerak,
menggerakkan, penggerak. [Lihat Drs. K. Priut C.M, Drs. J. Adisubroto, dan
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus
Latin-Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1969), hlm. 297 dan 548.]
[7] Luigi Bogliolo, Rational
Theology (Rome: Urbaniana University Press, 1985), hlm. 32.
[8] Luigi Bogliolo, Rational
..., hlm. 33; bdk. juga Forrest E.
Baird dan Walter Kaufmann, Philosophic
Classics ..., hlm. 338.
[9] Luigi Bogliolo, Rational
..., hlm. 33; bdk.juga Forrest E. Baird dan Walter Kaufmann, Philosophic Classics ..., hlm. 338.
[10] Luigi Bogliolo, Rational
..., hlm. 33; bdk.juga Forrest E. Baird dan Walter Kaufmann, Philosophic Classics ..., hlm. 338.
[11] Luigi Bogliolo, Rational
..., hlm. 37.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar